The poison of Jealousy
Keluaran 20:17
Iri hati, dari manakah datangnya perasaan yang buruk dan sangat menjatuhkan ini? Saat memperhatikan bagaimana anak-anak kecil bermain, walau seorang anak memegang mainan yang paling canggih, namun jika temannya memiliki suatu barang yang tidak dia miliki, maka dia pun langsung berusaha merebut barang tersebut. Sampai-sampai ada slogan “rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri”. Kenyataannya adalah sejak zaman penciptaan, Kain memendam dendam dan perasaan pahit saat persembahannya tidak diterima seperti Habel dan membangkitkan perasaan benci yang luar biasa, sehingga seorang kakak tega membunuh adiknya.
Ada seseorang yang mengatakan, “Bagaimana menangulanggi iri? Asal aku punya lebih dari teman -teman dan tetanggaku, maka aku tak akan pernah iri”. Kita berpikir, egois sekali pernyataan ini, namun kenyataannya adalah perasaan ini yang sering kita muncul dalam diri kita. Jika kita dengar teman kita punya mobil yang canggih, kita langsung berpikir, “Wow.. adaikan saja aku juga punya mobil itu”. Jika sesama kita memperoleh kerjaan dengan gaji 6 digit, kita juga berpikir adai saja itu juga terjadi dengan aku. Jika teman kita punya rumah besar di daerah yang exclusive, kita juga mulai berandai-andai.
Berandai-andai ini mungkin tidak berbahaya namun kalau kita pelihara terus pemikiran ini maka lama kelamaan akan timbul perasaan benci. Baik benci terhadap orang yang memiliki kelebihan itu maupun benci terhadap diri sendiri karena dibebani dengan perasaan tidak mampu.
Tuhan sangat sedih kalau kita memendam perasaan ini, karena jika kita memendam perasaan ini kita akan seperti Kain yang pada akhirnya dalam kuasa kebencian dan rasa iri yang besar akan membuat kita melakukan kesalahan yang diluar akal kita. Tuhan ingin kita bisa menikmati kehidupan yang telah disiapkan dan direncanakan Tuhan untuk kita nikmati. Bagaimanakah kita bisa menghindari diri dari perasaan iri ini?
Pertama, belajar untuk tahu apa itu hidup cukup. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi Pasal 4 ayat 11-13, Paulus mengajarkan untuk belajar hidup cukup. Manusia banyak yang jatuh dalam depresi dan stress yang tidak beralasan, karena tak bisa belajar untuk hidup cukup. Segala yang ada didunia ini adalah milik Tuhan dan Beliau memberi dan mengambil kepada semua ciptaannya. Jika kita gagal untuk merasa cukup, itu berarti kita mencurigai pemberian Tuhan dalam hidup kita, bahwa Dia memberi yang terbaik bukan hanya memanjakan kita. Jika orang lain memiliki lebih dari kita, kita harus bisa menerima bahwa mereka diberi terbaik sesuai dengan kebijakan dan kebaikan Tuhan.
Kedua, kita harus mengerti setiap berkat atau kelebihan yang diberi Tuhan, adalah hanya digunakan untuk membawa berkat pada orang lain. Oleh sebab itu orang yang memiliki kelebihan, memiliki tanggung jawab untuk bisa memberkati lebih banyak. Oleh sebab itu, kita telah diberi sesuai dengan kemampuan dan harapan Tuhan. Lebih banyak bukan selalu lebih enak, namun lebih banyak berarti lebih dalam bertangung jawab.
Ketiga, belajar untuk mengucap syukur. Kita sering merasa iri karena kita gagal untuk mengucap syukur dengan apa yang kita miliki. Kita lebih sering melihat orang yang lebih dan gagal untuk melihat orang yang memiliki kurang bahkan jauh lebih kurang dari apa yang kita miliki. Kalau kita mengucap syukur dengan apa yang kita punya, kita tak akan jatuh dalam perasaan iri yang menghancurkan. Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki.
Artikel ini adalah artikel yang terakir dari 10 artikel mengenai 10 perintah Allah. Sekali lagi perintah-perintah ini bukan kehidupan ideal namun kehidupan minimum yang harus bisa kita penuhi untuk hidup sebagai umat pilihan Tuhan. Mari kita lebih dalam lagi dalam mengaplikasikan kesepuluh perintah ini.
Author – Lukman Setiawan