Keluaran 20:14, 1 Korintus 6:18
Pada pertengahan bulan Juni 2008 ada seorang penulis sekuler dalam sebuah koran besar di Sydney menuliskan bahwa posisi Gereja mengenai sex itu sudah tertinggal zaman. Gereja yang mengambil posisi bahwa sex itu ciptaan Tuhan dan orang yang memakai sex tidak pada tempatnya (diluar pernikahan) itu tidak bermoral dan tidak benar.
Beberapa hari setelah itu saya membaca juga response terhadap article itu, yang mengatakan pandangan gereja yang diangap ‘kolot’ itu adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan moral orang zaman sekarang yang sudah bobrok ini.
Akhir-akhir ini juga ada berita yang menuturkan bahwa sudah lazim bagi anak-anak remaja di Melbourne untuk saling bertukar foto yang bersifat sexual terhadap lawan jenisnya. Menurut peneliti sosial dari Universitas Melbourne, penyebab utama dari kelakuan anak yang tidak bermoral ini adalah kemudahan anak zaman sekarang untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat pornografi dari internet dan media yang lain.
Perintah ke tujuh dalam kitab Keluaran 20:14, Tuhan memerintah pada jemaat Israel untuk tidak berzinah. Kita sering berpikir bahwa ini hanya teraplikasi bagi mereka yang sudah berkeluarga untuk tetap setia dengan istri/suami mereka. Namun jika kita renungkan hal ini juga berdampak terhadap semua orang.
Lalu apa artinya perintah ini bagi anak-anak muda yang belum berkeluarga? Pada kenyataannya segala tindakan sexual yang dilakukan diluar pernikahan adalah perjinahan. Yesus dalam Mat 5:28 mengatakan, jika dalam pikiran kita telah ada nafsu kita telah berjinah. Jadi segala perbuatan melihat majalah, film, gambar-gambar di internet yang bersifat pornografi adalah pelangaran terhadap perintah ini.
Pada umumnya orang yang melakukan dosa ini tidak akan merasa puas, bahkan setelah melakukannya orang tersebut akan merasa benci terhadap diri sendiri dan muak terhadap dirinya sendiri, mengapa bisa ada perasaan ini?
Alkitab mengajar dalam 1 Korintus 6:18 bahwa satu-satunya dosa yang merusak diri sendiri adalah dosa percabulan.
Seorang professor dari Princeton menjabarkan jika seorang manusia memakai sex hanya sebatas untuk memenuhi kepuasan fisik saja tanpa disertai dengan keintiman emosi, mental dan roh, maka keharmonisan tubuh, jiwa dan roh dari manusia tersebut akan hancur. Hancurnya keharmonisan ini menyebabkan manusia semakin menderita. Orang tersebut akan hidup dalam kebohongan, dan akan kehilangan kemampunan membedakan antara emosi yang nyata dan fantasi. Dalam jangka panjang orang tersebut akan kehilangan kemampuan untuk mencintai. (Pidato Professor Robert George berjudul “Why Integrity Matters”)
Lebih lanjut Charles Colson menjabarkan bagi manusia sex itu bukan hanya sebuah fungsi tubuh (seperti mulut untuk makan). Namun lebih dari pada itu, Alkitab mengajarkan bahwa manusia akan menjadi satu daging dengan adanya persekutuan dari tubuh, jiwa dan roh. Persatuan seperti ini hanya dimungkinkan dalam lingkup pernikahan saja. Jika manusia menurunkan derajat sex hanya sebagai semata-mata kesenangan, maka orang tersebut akan kehilangan kesempatan untuk mengalami persekutuan yang lebih dalam yang telah disediakan Tuhan bagi manusia dalam pernikahan. Oleh sebab itu Alkitab mengajarkan dosa pencabulan dan penyelewengan dalam pernikahan adalah dosa yang merusak diri sendiri karena dosa menyebabkan orang hidup dalam emosi yang hampa dan menutup kemungkinan bagi seseorang untuk mengalami persekutuan emosi dan roh yang jauh lebih indah. Oleh sebab itu kita harus belajar untuk menempatkan sex pada tempat yang benar yaitu dalam pernikahan.
Beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menghindar dari dosa ini. Pertama, cara untuk menangulangi dosa ini adalah LARI. Seperti Yusuf lari pada saat dia digoda oleh istri Potifar demikian Paulus mengajar dalam 1 Korintus 6:18, Larilah. Jangan menghadapi atau mencoba ketahanan iman kita, Jauhkanlah semua itu. Kedua, carilah perkumpulan yang benar dan penuhilah kehidupan kita dengan aktifitas yang membangun. Ketiga, bangun altar kita, hubungan kita dengan Tuhan. Keempat focuskan diri kita pada persiapkan kita untuk menyambut pernikahan dengan menjadi orang terbaik bagi pasangan kita, dengan demikian kita akan mengalami persekutuan yang terindah dalam institusi yang ditetapkan Tuhan yang didalamnya kita yang dipersatukan akan dibentuk lebih indah lagi.
Author – Lukman Setiawan