Ikut Tuhan dan melakukan kehendakNya- sesuatu yang mudah dikatakan, tapi tidak gampang dilakukan. Tahun-tahun pertama kami, saya dan suami, ikut Tuhan dan melayani Dia dipenuhi dengan konflik, terutama dengan orang tua, sanak keluarga dan teman-teman. Karena mereka tidak melihat apa yang kami lihat.
Setelah 20 tahun, tantangan yang ada malah semakin besar, karena sekarang datang dari sesama orang Kristen, dan bahkan mereka yang dekat. Seringkali Tuhan membukakan hal-hal pada kita yang Dia tidak bukakan pada orang lain. Ini menjadi sumber kesalahpahaman, fitnah dan bahkan pengkhianatan.
Pada saat-saat seperti demikian, apa yang kita rindukan? Vindication. Pembeneran. Pembenaran dari Tuhan. Daud merindukan pembelaan dari Tuhan pada saat dia dikejar-kejar musuh, di fitnah dan mau dibunuh oleh Saul, hanya karena dia melakukan kehendak Tuhan. Sekitar seperempat dari mazmur berisi permohonan Daud untuk pembelaan Tuhan.
Saat kita disakiti, kita sering membayangkan, betapa indahnya pembelaan Tuhan dan bagaimana kita akan memuliakan Dia saat hal itu terjadi. Dua alesan kenapa Daud merindukan pembelaan Tuhan: 1. Karena Saul menyebarkan fitnah tentang dia, 2. Karena dia ingin pengakuan orang Israel atas apa yang Tuhan berikan kepadanya (Daud diurapi sebagai raja).
Seringkali pembelaan dari Tuhan datang secara bertahap. Tahap pertama, kita menyadari bahwa Tuhan membela kita, tapi kemudian ternyata belum secara total. Daud memang akhirnya diakui sebagai raja, tapi hanya atas Yehuda. Kalau dilihat sekilas, itulah pemenuhan rencana Tuhan, tapi sebetulnya baru sebagian. Bahkan 7 tahun berlalu sampai akhirnya seluruh Israel mengakui dia sebagai raja (2sam 3:6-21).
Tidak mudah untuk menunggu vindication. Mungkin saudara difitnah, di tempat kerja, di sekolah atau bahkan di gereja. Disalah mengerti, ditinggalkan, dijauhi, for the reasons you never know. Tuhan berjanji untuk membelamu, tapi bagaimana kalau vindication itu datangnya setelah bertahun-tahun?
2 alasan mengapa vindication is bitter sweet:
Pertama, Kita harus menunggu. Saat kita disakiti, kita ingin Tuhan segera membela kita. Kita menjadi terobsesi untuk membuktikan kita yang benar, untuk membersihkan nama kita yang difitnah. Tapi justru pada saat seperti itu Tuhan tidak akan bekerja. We must wait for vindication long enough for other things to become more important. Saat kita put all things into perspective kita akan melihat ada banyak yang jauh lebih penting yang harus kita lakukan daripada memikirkan sakit hati kita. Saat itulah Tuhan biasanya membela kita. Tapi berhubung kita sudah tidak memikirkannya, vindication itu tidak semanis yang kita kira. Kita terhindar menjadi orang yang vindictive!
Demikianpun, saat orang-orang terdekat tidak setuju dengan apa yang kami lakukan dan banyak orang lain menyebarkan fitnah, kami tetap konsentrasi pada apa yang Tuhan tetapkan untuk kami kerjakan. Banyak yang akhirnya mengakui kebenaran panggilan Tuhan dalam hidup kami, tapi pengakuan itu tidak lagi menjadi masalah penting, karena apa yang Tuhan berikan untuk dikerjakan menjadi hal yang terpenting mengatasi His vindication!
Kedua, mengapa vindication is bitter sweet, seringkali orang yang menyakiti kita berada di pihak yang dipermalukan, tetapi kejatuhan mereka menyedihkan kita. Pembelaan Tuhan terhadap Daud costs him his son, Absalom, yang akhirnya mati terbunuh dalam pemberontakannya. Tuhan adalah Allah yang adil, yang membalaskan kepada semua orang sesuai dengan perbuatannya masing-masing. Pembalasan adalah haknya DIa. Biarlah kita tidak mengambil haknya Tuhan ini dengan membalas orang yang menyakiti kita atau dengan berusaha ‘membersihkan’ nama kita dan ‘memfitnah balik’ mereka yang memfitnah kita.
Satu hal yang perlu diingat: memang Tuhan membalas orang sesuai dengan perbuatan mereka masing-masing. Tapi di atas kayu salib Dia sudah menanggung segala kutuk, supaya mereka yang menerima Dia tidak lagi hidup dibawah kutu/hukumanNya. Jikalau kita ada dipihak yang sudah menyakiti orang lain, yang pertama harus kita lakukan adalah minta ampun kepada Tuhan dan Dia akan mengakat segala hukuman yang seharusnya kita tanggung.
And that’s the greatest news of all!
Author – Alicia Tani