Tender Conscience

Terpilihnya Ratzinger menjadi Paus Benedict baru-baru ini menimbulkan banyak perdebatan. Ratzinger terkenal seorang yang konservatif. Golongan Liberal, golongan pro-aborsi, golongan gay dan lesbian, golongan pro-euthanasia, dll sangat tidak puas. Mereka menilai Ratzinger kuno, tidak mengikuti perkembangan zaman, tidak fleksibel.

Sebuah artikel di Herald Sun menulis: “Kenapa orang lebih suka Dalai Lama dibanding kekristenan? Karena Dalai Lama mempromosikan ajaran yang membuat orang merasa enak. Bagaimana mencari
ketenangan batin, kedamaian hati, hidup harmonis dengan alam, dll. Sedangkan Kekristenan mempunyai standard kebenaran yang membuat orang tidak comfortable.”

Feeling Good Mentality sedang bekerja secara luar biasa akhir-akhir ini. Kalau aborsi membuat hidupmu lebih mudah, lakukanlah. Kalau pernikahan membuat hidupmu susah, silakan cerai. Lakukanlah apa saja
yang membuatmu senang! Generasi ini sedang mengalami kehancuran moral. Coba bandingkan dengan generasi kakek nenek kita. Hal-hal diatas yang dianggap biasa zaman ini, dulu dianggap tabu!

Antidot dari Feeling Good Mentality bukanlah Feeling Bad Mentality: sengaja cari susah, sengsara, anti having fun, dll. Itu semua adalah hal-hal yang diluan yang bisa dibuat-buat. Tuhan selalu bicara mengenai hati, sumber dari segala perbuatan kita. Untuk menghindari Feeling Good Mentality yang menghancurkan karal moral ini, kita perlu mempunyai tender conscience atau hati yang lembut yang gampang dibentuk:

Empat hal bisa kita pelajari dari kisah Daud di dalam 1 Samuel 23 & 24 untuk keep tender conscience di dalam kita:

Don’t get too excited. Di dalam 1 Samuel 23:7 ditulis bahwa Daud telah masuk Kehila. Lalu berkatalah Saul: “Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku …” Sedangkan 1 Samuel 24:5 berkata: ”Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: “Telah tiba hari yang dikatakan Tuhan kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu…” Kedua belah pihak klaim Tuhan ada di pihak mereka. Siapa yang benar? Kedua belah pihak sudah terlalu excited dan terburu-buru mengambil kesimpulan. Tuhan tidak menyerahkan Daud ke dalam tangan Saul, bahkan Tuhan melindungi dia. Tuhan juga tidak menyerahkan Saul ke dalam tangan Daud karena Dia sendiri yang akan berurusan dengan Saul.

Seringkali kita miss kehendak Tuhan karena kita become too excited. Alkitab berkali-kali katakan: jadilah tenang dan kuasai dirimu, supaya engkau bisa berdoa. Dengan kata lain supaya engkau bisa mendengar suara-Nya. Pendengaran akan suara Tuhan membuat hati kita lembut.

Hindari ‘keselamatan’ yang bisa dijelaskan logika. Daud mempunyai beberapa kesempatan untuk menyelamatkan jiwanya dengan membunuh Saul. Tapi Daud menyadari, kalau dia melakukan hal itu, bukan saja hati nuraninya akan
terganggu seumur hidupnya, tapi itu juga berarti dia mengandalkan kekuatannya sendiri.

Seringkali kita berusaha menyelamatkan diri sendiri dengan cara-cara yang logic. Dengan berbuat baik, rajin ke Gereja, dengan mempunyai moral yang tinggi, atau dengan merancang jalan pintas untuk keluar dari masalah, karena kita malas menantikan keselamatan yang dari Tuhan. Ingat: Salvation belongs to the Lord!

Jalan di dalam Terang, yang berarti terbuka pada pimpinan Roh Kudus dan lakukan apapun yang diperintahkan-Nya. Dia akan menyadarkan kita akan dosa-dosa kita dan memimpin kita kepada Kebenaran, yaitu Tuhan sendiri.

Di zaman yang mendewakan relativitas, yang mengatakan segala sesuatu adalah relatif, kita perlu betul-betul sensitif pada pimpinan Tuhan. Daud merasa bersalah karena telah memotong punca jubah Saul dengan diam-diam (1 Samuel 24:5 & 6). Mungkin kita bingung, kenapa ia harus merasa bersalah? Sudah bagus dia tidak membunuh Saul! Tapi Daud tidak bersandar pada pendapat umum, melainkan pada suara di hatinya.

Ada hal-hal yang mengganggu hati kita yang bagi orang lain ‘normal’. Saat – saat seperti demikian kita harus lebih mendengarkan suara halus yang berbicara melalui hati nurani kita dan melakukannya, walaupun bertentangan dengan pendapat orang banyak.

Mengapa ‘tender conscience’ demikian penting? Karena tanpa hati yang lembut yang mau dibentuk, kita tidak bisa mendengar suara Tuhan. Bagi saya, mendengar suara Tuhan adalah hal yang vital. Kalau kita tuli rohani, kita akan membenarkan semua perbuatan kita yang salah dan membuat hati kita semakin keras.

Mungkin saudara pernah mengalami jamahan Tuhan melalui hal atau firman yang simple, tetapi engkau tidak menanggapinya. Dan sekarang hal yang sama tidak lagi menyentuhmu, kenapa? Karena
hatimu menjadi keras. Ibrani 4:7 berkata: ‘Hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.

Jadi, jika sekarang engkau masih mendengar suara-Nya, sesamar apapun, lakukanlah! Jangan tunggu kalau-kalau Dia bicara lagi pada kesempatan lain. Jangan ambil resiko ini. Kejadian 6.-3 berkata: ‘Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam  manusia…’ Setiap kali kita ignore suara-Nya, kita akan semakin tuli dan hati kita semakin keras.

Tender conscience adalah modal kita untuk hidup di zaman Feeling Good Mentality & Relativism. Tanpa itu, kita akan bingung dan tersesat selama-lamanya!
To God Be the Glory!

Author – Alicia Tani